Friday, January 16, 2009

Aku Hidup Segan Mati Tak Mau

“Ummi, mau ada tamu wanita. Tolong ummi temui dia”, kata suamiku setelah kami sholat isya berjama’ah. Maka setelah beberapa saat aku mepersiapkan diri untuk menyambut tamu tersebut.

Teryata dia adalah mba ”A” yang sudah pernah satu kali bersilaturahmi kepadaku. Mba “A” berusia kurang lebih 30 tahun dengan 1 anak perempuan 3,5 tahun. Pada kunjungan yang pertama mba “A” mencurahkan permasalahan kehidupan yang dialaminya yang terasa begitu berat di jalani sampai ia mencucurkan airmata.

Pada saat itu aku dan suami hanya menasehatinya untuk tetap bersabar dan lebih banyak lagi membaca Al-Qur’an dan untuk memahami juga artinya. Mulai berpuasa sunnah, sholat tahajud dan sholat dhuha serta banyak beristigfar.

Mba “A” mejawab bahwa dia tidak sanggup lagi untuk sabar, “sampai kapan saya harus sabar, mba?” keluhnya kepadaku. Saat itu suamiku menjawabnya bahwa selama kita masih hidup, maka selama itu pula kita harus menanamkan kesabaran yang luar biasa pada diri kita hingga batasnya sampai Allah SWT mencabut nyawa kita. “Jadi, kesabaran memang harus selalu bersama kita sampai kita meninggal, mba” tambahku.

Sekitar jam 8 ba’da isya mba “A” datang ditemani saudaranya—seorang lelaki. Seperti biasa iapun langsung mengeluarkan segala isi hatinya. Terutama masalah proses perceraian dengan suaminya yang akan disidangkan dalam beberapa hari ke depan.

Lalu kebingungannya terhadap biaya hidup sehari-hari karena ia tidak bekerja sedangkan suami yang sedang dalam proses perceraian ini sudah tidak lagi member i nafkah kepada diri dan anaknya selama beberapa bulan sedangkan ia dan anaknya tinggal di rumah ibunya yang sudah menjanda sejak ia berusia 4 tahun ditambah ada dua anak piatu—anak dari kakak perempuan mba “A” yang sudah meninggal sementara suaminya tidak ada perhatian sama sekali kepada anak-anaknya hingga di titipkan kepada ibu mertuanya yaitu ibu dari mba “A”.

Berat memang masalah yang sedang dihadapi oleh mba “A” sampai iapun sempat berkata lebih baik ia mati saja, tetapi bila sudah mati ia takut masuk neraka karena ia merasa banyak berdosa. “Hidup segan mati tak mau” itulah ungkapan yang biasa kita dengar dari orang-orang yang sedang tertimpa masalah seperti kasus mba “A” tersebut.


Dari kasus mba “A”, aku benar-benar banyak bersyukur kepada Allah SWT. Di luar sana, banyak orang menghadapi permasalahan hidup dan berusaha mencari solusinya dengan bermacam-macam cara. Ada yang masih dalam koridor hukum agama, adapula yang sudah melenceng daripadanya.

Namun, dalam renunganku yang cukup panjang mempelajari kehidupan manusia, aku semakin yakin bahwa permasalahan hidup apapun, Al-Qur’an adalah solusinya. Aku dapati beberapa ayat tentang derajat seseorang yang dialaminya saat ini adalah buah dari apa yang ia tanam di masa lalu. Dan ketika kita mendapat suatu kebaikan, kita di ajarkan bahwa itu adalah dari Allah SWT, bukan karena kepandaian kita, tetapi apabila kita mendapatkan keburukan, yang kita tanamkan dalam hati adalah itu hasil dari perbuatan kita, dengan maksud supaya kita mengkoreksi diri terhadapa kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan keburukan menimpa. Lalu katakanlah ketika keburukan yang menimpa kita, apa yang harus kita lakukan? Inilah jawabannya:

SURAT 2. AL BAQARAH, ayat 153
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Adapun tentang derajat, musibah dan sikap menghadapinya:
SURAT 6. AL AN'AAM, ayat 132
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”.

SURAT 4. AN NISAA', ayat 79
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”.

SURAT 42. ASY SYURA, ayat 30-31
“Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong selain Allah”.

SURAT 31. LUQMAN, ayat 17
“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.

SURAT 2. AL BAQARAH, ayat 155-156
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"

2 comments:

  1. yohaaaaa, semangat menjalani hidup yang penuh rintangan kak zen & kak nurul hehehehe, semangat 45 baelah (padahal diri sendiri) kadang0kadang juga bimbang.......gubrak cape deh.....betul dengan sholat hati akan lebih damai dan tenang :)

    ReplyDelete